2009/10/06

DOA IBU

DOA IBU
Cerita ini kisah nyata yang terekam oleh mata dan ingatanku, sengaja namanya aku samarkan tapi klo yang baca temen satu kampungku pasti tau apa yang aku maksud. Bukan aku mengeksploitasi atau meblow up kehidupan orang lain tapi ini hanyalah BENTUK KEKAGUMANKU SEMATA, pada kehidupan DI SEKITAR AKU, Sebelumnya aku minta maaf kepada semua pihak baik yang secara langsung bagian dari cerita aku ataupun siapa saja. kalau ada kesalahan di sana sini dan datanya kurang akurat, karena memang ini hanya mengandalkan daya ingatan aku semata.

DOA IBU

Di kampung halamanku, di sebuah desa di ujung selatan kec. Pituruh, aku bertetanggaan dengan sebuah keluarga yang tergolong luar biasa. Kini mereka hidup bahagia dan berkecukupan walaupun mereka dibesarkan oleh seorang janda yang teramat konserfatif.. Mereka lima bersaudara, empat laki-laki satu perempuan, kelima-limanya tergolong sukses. Yang tertua jadi Pengusaha di Tangerang , yang ke dua di Surabaya, yang ketiga menjadi pegawai sebuah bank pemerintah di Batam dan berbisnis, yang ke empat, di Tangerang dan yang ke lima kini menjadi seorang kepala desa yang sangat bijak di desaku tercinta.Kelima anak-anaknya juga termasuk sangat dermawan. Bahkan kini ibunya telah diberangkatkan naik haji oleh anak anaknya, dan kini sang ibu yang janda tetanggaku kini telah menjadi hajah, lengkaplah kebahagiaan mereka. Ketika hari raya mereka berkumpul terlihat sangat bahagia.

Ketika aku kecil dan belum sekolah sampai aku duduk di bangku SMA aku berteman dengan ketiga anaknya bu Is (anggap saja namanya bu Is) . Karena Bapaknya namanya Pak Is. Seingat saya Pak Is orangnya sangat tampan, pria modern, putih, wangi dan kalau sekarang biasa disebut pria Metroseksual. Kalau Pak Is lewat naik sepeda Relly Presneleng jaman dulu, itu sudah sangat mewah sungguh wangi sekali. Konon Pak Is termasuk orang yang sangat di takuti, Dia seorang Jagoan, seorang preman yang malang melintang di jagat kepremananya. Itulah gambaran Pak Is.

Sungguh sangat berbeda denga suaminya, Bu Is adalah perempuan desa yang benar benar asli, dengan pakaian kebayanya, di padu dengan kain yang melilitnya, terlihat sangat alami, Bu is sangat lugu dan terlihat tulus, Dia tipe perempuan Saleha, dia sangat penurut terhadap suaminya. Apapun yang pak Is lakukan di luar, bagaimana sipak terjang pak Is di luar sana, tidak mempengaruhi kesetiaan bu Is pada Pak Is sehingga mereka terlihat rukun rukun saja. Walau gaya hidup mereka jauh berbeda bagaikan langit dan bumi. Begitu juga dengan anak-anaknya, bu is sangat sayang kepada kelima anaknya, bu Is sangat tulus menyayangi mereka, bu Is sangat sabar, bahkan bu Is tak pernah terlihat marah terhadap anak anaknya.

Tragedi itu Datang,
Sampailah saatnya, sekitar tahun 1975 kalau gak salah, pak is divonis sakit yang sangat parah, kemudian pak Is dilarikan ke rumah sakit, dengan harapan pak is akan sembuh, dengan sabar bu Is menungguinya dengan setia, karena memang pada saat itu anak anak pak Is masih sangat kecil kecil, kelima limanya masih membutuhkan kasih sayang, bahkan anaknya pak Is yang madia (tengah) inisialnya SRT itu sebaya dengan aku, dan menjadi temen akrab aku, kedua kakaknya masih duduk di bangku SD dan kedua adiknya masih balita.
Tipi takdir berkehendak lain, tak lama di rumah sakit, Pak Is dipanggil sang Maha Kuasa, sungguh merupakan ujian yang sangat berat bagi bu Is. Aku masih ingat, aku melihat prosesi memandikan Jenazah Pak Is, sampai melihat pemberangkatannya ke kuburan, Tangis sedih Bu Is dan anak anaknya mengiringi kepergian suami dan ayah anak anak mereka.
Kini Bu Is Tinggal bersama ke lima anaknya, di sebuah rumah yang termasuk bagus pada masa itu. Disinilah bu Is mulai menjadi Singgal Parent.

Perjuangan seorang ibu.
Seinget saya, setelah bu Is hidup menjada ada perubahan yang luar biasa pada Bu iS. Bu Is kini bener benar menjadi Ibu dan sekaligus ayah bagi ke lima anak anaknya. Bu Is adalah wanita yang sangat bertanggung jawab. Untuk menghidupi kelima anaknya bu Is berjualan Telor bebek, telur ayam dan beras di pasar dengan menggunakan sepeda Unta dengan dua buah keranjang di boncenganya. BU Is setiap pagi mengayuh sepedanya sejauh kurang lebih 5 km ke Pasar tanpa merasa lelah. Seiring berjalanya waktu Saudara dari bu Is yang nota beni seorang yang dibilang kaya di bilangan prembun mengambil anak tertua Bu Is untuk di asuhnya. Bu Is hidup dengan empat anaknya,. Kemudian ketika SRT dan kakanya yang no. dua duduk di kelas empat dan kelas dua SD klo gak salah mereka juga di ambil oleh kerabatnya untuk di asuh, STT kaka SRT diambil kerabatnya di Surabaya dan SRT diambil kerabatnya di Jakarta. Tapi Setelah lulus SD SRT kembali ke asuhan Ibunya di Desa aku. Aku merasa senang karena kawan lama aku kembali. Akhirnya kami sama sama masuk SMP yang sama di kec. Pituruh.

Bu Is menjelma menjadi seorang yang sangat religius, di luar waktu berdagangnya diisi dengan beribadah. Shalat lima waktu di laksanakan selalu berjamaah di masjid, termasuk shalat subuh. Dengan obor di tanganya, karna jarak antara rumah bu Is ke masjid sekitar 150 m dengan melangkah pasti menuju ke Masjid. Tidak jarang Bu Is satu satunya perempuan yang berjamaah subuh di Masjid. Tapi bu Is dengan yakin selalu melaksanakan shalat berjamaah di Masjid. Setelah selesai shalat baru bu Is berangkat ke pasar untuk menjajakan daganganya. Pengajianpun selalu di datanginya bersama ibu ibu yang lain. Entah apa yang bu Is panjatkan dalam Doanya aku gak tau. Yang pasti bu Is menjadi wanita yang sangat Shaleha.

Sebetulnya bu Is termasuk orang yang cukup dengan bertani, tapi entah kenapa bu Is lebih suka berdagang, sehingga sawahnya sebagian diserahkan kepada orang yang kurang mampu untuk menggarapnya dengan cara bagi hasil 50:50. Termasuk bapak aku yang menggarap sawahnya Bu Is. Bapak aku termasuk orang yang dipercaya bu Is untuk menggarap sawahnya yang di paruhkan ataupun yang digarap sendiri. Dan aku termasuk yang mendapatkan rejeki dari bu Is , karena sejak aku SMP aku sering mencangkul sawahnya bu Is dan aku mendapatkan bayaran, senang rasanya.

Seiring berjalanya waktu kini anak anak bu is telah tumbuh menjadi anak anak ABG yang ganteng ganteng dan cantik, karena memang Pak is tergolong sangat tampan dan bu Is juga termasuk wanita yang cantik . Sungguh ujian yang sangat berat bagi Bu Is karena dari ke 3 anak laki2nya termasuk anak yang bandel bandel, mereka suka berkelahi, walaupun begitu mereka termasuk anak yang baik di kampungku. SRT waktu di SMP sering berkelahi dengan SMP lain, itu yang saya inget. Tapi Bu Is sungguh Ibu yang Luar biasa, dengan sabarnya dan tetap menyayangi anak-anaknya . Rutinitasnya berjamah di mesjid tetap di jalaninya tanpa merasa lelah, entah apa doa yang keluar dari bibirnya. Itulah yang terekam oleh mataku, Aku masih inget bu Is juga mengalami cobaan yang sangat berat, pernah suatu waktu, pada waktu Bu Is berangkat ke pasar sehabis shalat subuh di tengah jalan bu Is dirampok , kalung belasan gram yang melilit di lehernya amblas di jambret, Bu Is pada waktu itu terlihat sangat sedih, tapi bu Is tetap tegar dan lebih semangat lagi didalam berdagangnya.
Waktu kelas 3 SMP, aku sering belajar bersama denga SRT, karena memang SRT sama sama kelas tiga walau lain kelas. Aku sering menghabiskan malam malamku bersam SRT. Dan temanku satu lagi Andi namanya selalu belajar bersama di rumah SRT, sayang Andi sekarang telah tiada, andi telah berpulang ke Rahmatullah kira 6 tahun yang lalu. Tidak jarang kami bertiga lebih sering bercanda dan bermain, bahkan kami sering belajar membuat surat cinta daripada belajar. Di sini aku sangat mengagumi bu Is, bu Is orang yang sangat tulus, pada saat kami belajar bersama apapun makanan yang beliau punya selalu didibagikan kepada kami, bahkan tidak jarang kami makan di rumah bu Is. Akhit\rnya kita sama sama lulus SMP. Aku meneruskan ke SMK N2 Purworejo dulu SMEA N KTA , SRT di SMA sarbini Prembun dan Andi ke STM II kutoarjo. Kami tetap Walu demikian kkami tetap berteman, bahkan SRT mempunyai pacar adik kelas aku namanya Ida, tidak jarang aku menjadi penghubung untuk pertemuan mereka , maklum jaman dulu belum ada HP, Surat satu satunta sarana untuk berpacaran.


Bersambung….