2009/08/12

MARHABAN YA RAMADAN

MARHABAN YA RAMADHAN

Selamat datang bulan Ramadhan. Bulan yang
telah dinanti-nantikan oleh kita semua. Rasa senang. Itulah yang sela­yaknya ada pada setiap seorang muslim, mana­kala menyambut ke­da­tangan bulan Ramadhan. Karena pada bulan yang penuh berkah itulah, Allah SWT me­nurunkan anugerah bagi siapa saja yang ingin meraihnya. Dia memberi kita kesempatan untuk "berjumpa" dengan bulan Ramadhan, itulah wujud dari suatu anugerah yang besar bagi kita dari Sang Khalik.
Perasaan senang dalam menyambut datangnya bulan Ramadhan itu, me­nurut Rasulullah SAW akan diberi imbalan yang sedemikian tinggi nilai­nya, yakni terbebas dari api neraka."Barangsiapa yang di hatinya ada rasa senang menyambut Ramadhan, maka di­haram­kan jasadnya disentuh api neraka". Mereka yang menyambut bulan Ramadhan dengan rasa senang, akan melaksanakan ibadah puasa sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah sendiri senantiasa me­nyambut gembira setiap datangnya bulan Ramadhan. Dan berita gembira itu disampaikan pula kepada para sa­habatnya seraya bersabda: Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkatan . Allah telah memfardukan atas kamu puasanya. Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu surga dan di kunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh setan. Padanya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa tidak diberikan kepanya kebaikan malam itu maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan . (HR. AHMAD )

Berikut ini sebagian khutbah Ra­sulullah Menyambut Bulan Ramadhan:
Wahai manusia! Sungguh telah datang pada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat dan maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi Allah. Hari-harinya adalah hari-hari paling utama. Malam-malamnya adalah malam-malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam-jam paling utama. Inilah bulan ketika kamu diundang menjadi tamu Allah dan dimulia­kan-Nya. Di bulan ini nafas-nafasmu menjadi tasbih, tidurmu adalah ibadah, amal-amalmu diterima, dan doa-doamu diijabah.Bermohonlah kepada Allah Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Allah membimbingmu untuk melakuk­an syiyam dan membaca kitab-Nya. Celaka­lah orang yang tidak mendapat ampunan Allah di bulan yang agung ini. Kenanglah dengan rasa lapar dan hausmu, kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fukara dan masakin. Muliakan­lah orang-orang tuamu, sayangilah yang muda, sambunglah tali persudaraanmu, jaga lidah­mu, tahan pandanganmu dari apa yang tidak halal kamu memandangnya, dan pen­de­ngaran­mu dari apa yang tidak halal kamu mendengarkannya.

Persoalannya kemudian adalah, akankah anugerah yang besar itu kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya? Atau kita sikapi dengan biasa-biasa saja, sehingga kualitas ketakwaan kita hanya "jalan di tempat"?
Keseriusan yang dikobarkan oleh keimanan kita dalam meraih derajat ketakwaan yang tinggi melalui Ra­madhan, tentu dipengaruhi oleh kejer­nihan niat dan ilmu yang kita miliki. Jangan sampai kita berpuasa, ter­nyata dikotori oleh niat yang melenceng. Misalnya, puasa karena ingin me­ngu­ruskan badan, atau keinginan-keinginan lainnya yang tidak sesuai dengan tun­tunan. Padahal, tujuan berpuasa sudah jelas, yakni agar kita bertakwa, seperti Firman Allah dalam surah Al-Baqarah:Hai orang-orang yang beriman, diwajib­kan atas kamu berpuasa sebagaimana di­wajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Q.S. 2:183)

Betapa indahnya apabila seseorang yang beriman, berpuasa dengan rasa ikhlas, penuh cinta kepada Khaliqnya. Karena ia menyadari betapa perintah dan larangan-Nya, hakikatnya adalah wujud dari rasa cinta sang Khaliq kepada dirinya. Begitu pula perintah berpuasa di bulan Ramadhan. Dengan demikian, puasa di bulan Ramadhan tidak semata-mata dipandang sebagai suatu beban perintah (wajib), namun sekaligus se­bagai wujud kasih sayang dari Tuhan­nya. Puasa Ramadhan sebagaimana Ra­sulullah jelaskan dapat mengangkat derajat menjadi unsur rah­mat, keda­maian, ketenangan, kesucian jiwa, aklaq mulia dan perilaku yang santun.

"Bila salah seorang dari kalian berpuasa maka hendaknya ia tidakberbicara buruk dan aib dan jangan berbicara yang tiada man­faatnya dan bila dimaki seseorang maka berkatalah, 'Aku berpuasa'". (HR. Bukhori).

Pada kesempatan ini pula, Kami Pe­ngu­rus DKM mohon maaf baik yang disengaja maupun tidak ke­pada seluruh warga. Marilah kita song­song bulan Ramadhan ini dengan hati suci tanpa rasa dendam dan saling memaafkan antar sesama warga sehingga kita semua dalam men­jalankan ibadah dengan hati bersih.

Tidak ada komentar: